Contoh soal akidah akhlak kelas 11 semester 2 beserta jawabannya

Contoh soal akidah akhlak kelas 11 semester 2 beserta jawabannya

Meningkatkan Pemahaman Akidah Akhlak: Contoh Soal dan Pembahasan untuk Kelas 11 Semester 2

Pendahuluan

Pendidikan Akidah Akhlak memegang peranan krusial dalam membentuk karakter dan kepribadian muslim yang kokoh, berlandaskan iman yang benar dan perilaku yang mulia. Di kelas 11 semester 2, materi Akidah Akhlak semakin mendalam, membahas aspek-aspek keimanan yang fundamental seperti Qada dan Qadar, serta mengupas tuntas akhlak terpuji dan tercela dalam berbagai dimensi kehidupan. Pemahaman yang kuat terhadap materi ini tidak hanya penting untuk meraih nilai akademis yang baik, tetapi juga untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, menjadi pribadi yang muttaqin dan berakhlak karimah.

Artikel ini menyajikan serangkaian contoh soal Akidah Akhlak kelas 11 semester 2, lengkap dengan kunci jawaban dan pembahasan detail. Soal-soal ini dirancang untuk mencakup berbagai topik penting yang biasanya diajarkan pada semester ini, mulai dari pilihan ganda hingga esai, guna menguji pemahaman konseptual dan kemampuan analisis siswa. Diharapkan, dengan mempelajari dan mencoba menjawab soal-soal ini, siswa dapat lebih siap menghadapi ujian, sekaligus memperdalam pemahaman mereka tentang ajaran Islam.

Contoh soal akidah akhlak kelas 11 semester 2 beserta jawabannya

Bagian I: Soal Pilihan Ganda

Petunjuk: Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dari pilihan A, B, C, atau D.

  1. Konsep takdir Allah Swt. yang ketetapannya tidak dapat diubah oleh usaha manusia disebut takdir…
    A. Muallaq
    B. Mubram
    C. Azali
    D. Haqiqi

  2. Berikut ini yang merupakan contoh takdir muallaq adalah…
    A. Jenis kelamin seseorang saat lahir
    B. Kematian seseorang pada waktu tertentu
    C. Kepandaian siswa karena rajin belajar
    D. Bencana alam yang terjadi di suatu daerah

  3. Hubungan antara ikhtiar, doa, dan tawakal dalam menghadapi qada dan qadar Allah Swt. adalah…
    A. Ikhtiar dan doa dilakukan setelah tawakal.
    B. Tawakal hanya diperlukan jika ikhtiar dan doa tidak berhasil.
    C. Ikhtiar dan doa merupakan bagian integral dari tawakal.
    D. Tawakal adalah pasrah tanpa perlu ikhtiar dan doa.

  4. Hikmah beriman kepada qada dan qadar adalah…
    A. Membuat seseorang menjadi pasrah dan tidak berusaha.
    B. Menghilangkan semangat kompetisi dalam hidup.
    C. Menumbuhkan optimisme dan semangat juang dalam menghadapi cobaan.
    D. Mendorong seseorang untuk menyalahkan takdir atas kegagalan.

  5. Sifat Allah Swt. yang menunjukkan bahwa Dia Maha Bijaksana dalam menetapkan segala sesuatu adalah…
    A. Al-Ghaffar
    B. Al-Adl
    C. Al-Hakim
    D. Al-Qayyum

  6. Perhatikan pernyataan berikut:
    1) Senantiasa berprasangka baik kepada Allah Swt. dan sesama manusia.
    2) Mampu menerima kritikan dan saran dari orang lain dengan lapang dada.
    3) Merasa paling benar sendiri dan sulit menerima pendapat orang lain.
    4) Bersikap rendah hati dan tidak merendahkan orang lain.
    Pernyataan yang menunjukkan ciri-ciri akhlak terpuji tawadhu’ adalah…
    A. 1 dan 2
    B. 2 dan 4
    C. 1 dan 3
    D. 3 dan 4

  7. Sikap tasamuh dalam berinteraksi sosial berarti…
    A. Memaksakan kehendak kepada orang lain.
    B. Toleransi dan menghargai perbedaan pendapat.
    C. Menjauhi pergaulan dengan orang yang berbeda keyakinan.
    D. Selalu mendominasi dalam setiap musyawarah.

  8. Seorang siswa selalu menepati janji, mengembalikan barang pinjaman tepat waktu, dan menjaga rahasia temannya. Perilaku tersebut mencerminkan akhlak terpuji…
    A. Jujur
    B. Amanah
    C. Istiqamah
    D. Adil

  9. Sikap istiqamah dalam konteks ibadah berarti…
    A. Melakukan ibadah hanya saat merasa senang.
    B. Konsisten dan teguh dalam menjalankan perintah Allah Swt.
    C. Beribadah hanya jika ada orang lain yang melihat.
    D. Mengganti jenis ibadah setiap waktu.

  10. Perbuatan membicarakan keburukan atau aib orang lain yang tidak ada pada dirinya disebut…
    A. Ghibah
    B. Namimah
    C. Fitnah
    D. Riya’

  11. Dampak negatif dari sikap hasad adalah…
    A. Mendorong seseorang untuk bersaing secara sehat.
    B. Menimbulkan rasa benci, permusuhan, dan kegelisahan hati.
    C. Memotivasi untuk lebih giat bekerja dan berusaha.
    D. Meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang dimiliki.

  12. Berikut ini yang BUKAN merupakan ciri-ciri riya’ adalah…
    A. Beramal hanya untuk mencari pujian manusia.
    B. Merasa berat beramal jika tidak ada yang melihat.
    C. Ikhlas dalam setiap perbuatan hanya karena Allah Swt.
    D. Menceritakan amal kebaikan agar dikenal banyak orang.

  13. Sikap israf dan tabdzir yang dilarang dalam Islam merujuk pada perilaku…
    A. Hemat dan menabung untuk masa depan.
    B. Menggunakan harta secara berlebihan dan boros.
    C. Memberikan sebagian harta kepada fakir miskin.
    D. Memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana.

  14. Adab berpakaian dalam Islam yang benar adalah, kecuali…
    A. Menutup aurat dengan sempurna.
    B. Pakaian bersih dan rapi.
    C. Pakaian ketat dan transparan.
    D. Tidak menyerupai lawan jenis.

  15. Manfaat memiliki akhlak husnuzan dalam kehidupan bermasyarakat adalah…
    A. Menimbulkan kecurigaan dan ketidakpercayaan.
    B. Mempererat tali silaturahmi dan menciptakan kedamaian.
    C. Mendorong seseorang untuk mencari-cari kesalahan orang lain.
    D. Mengurangi interaksi sosial karena takut disalahpahami.

Kunci Jawaban Pilihan Ganda

  1. B

  2. C

  3. C

  4. C

  5. C

  6. B

  7. B

  8. B

  9. B

  10. C (Fitnah, karena membicarakan keburukan yang tidak ada pada dirinya. Jika ada, itu ghibah. Soal ini menekankan "tidak ada pada dirinya") Koreksi: Soal seharusnya "keburukan atau aib orang lain yang ada pada dirinya". Jika yang tidak ada pada dirinya, maka itu fitnah. Dengan asumsi maksud soal adalah ghibah (yang lebih umum dibahas), maka jawaban yang lebih tepat adalah A. Ghibah. Namun, jika literatur sekolah mengartikan "keburukan yang tidak ada pada dirinya" sebagai definisi fitnah, maka C benar. Saya akan asumsikan Ghibah karena lebih sering dibahas dalam konteks ini, dan soalnya ambigu. Untuk memperjelas, saya akan ubah soalnya sedikit untuk mengarah ke ghibah.

    Revisi soal 10: "Perbuatan membicarakan keburukan atau aib orang lain yang memang ada pada dirinya di belakangnya disebut…"
    Jawaban revisi: A. Ghibah

  11. B

  12. C

  13. B

  14. C

  15. B

Bagian II: Soal Esai

Petunjuk: Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan uraian yang jelas dan komprehensif.

  1. Jelaskan pengertian Qada dan Qadar serta bagaimana hubungan antara ikhtiar, doa, dan tawakal dalam menghadapi Qada dan Qadar Allah Swt.!
  2. Sebutkan dan jelaskan tiga hikmah beriman kepada Qada dan Qadar dalam kehidupan seorang mukmin!
  3. Jelaskan perbedaan mendasar antara akhlak terpuji "Husnuzan" dan "Tasamuh", serta berikan contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari!
  4. Apa yang dimaksud dengan akhlak tercela "Riya’" dan "Takabur"? Jelaskan bahaya keduanya bagi individu dan masyarakat, serta bagaimana cara menghindarinya!
  5. Sebutkan dan jelaskan tiga adab bergaul dengan teman sebaya yang sesuai ajaran Islam!

Kunci Jawaban Esai dan Pembahasan

1. Pengertian Qada dan Qadar serta Hubungan Ikhtiar, Doa, dan Tawakal

  • Qada: Secara bahasa berarti ketetapan, ketentuan, ukuran, atau keputusan. Dalam istilah syariat, Qada adalah ketetapan Allah Swt. sejak zaman azali (sebelum diciptakan alam semesta) mengenai segala sesuatu yang akan terjadi pada makhluk-Nya, baik yang menyangkut kebaikan maupun keburukan. Qada adalah rencana atau "blueprint" Allah yang sifatnya azali dan bersifat mutlak.

  • Qadar: Secara bahasa berarti ukuran, batasan, atau kekuatan. Dalam istilah syariat, Qadar adalah perwujudan atau realisasi dari Qada Allah Swt. yang telah ditetapkan sejak azali. Qadar adalah kenyataan dari ketetapan Allah yang terjadi sesuai dengan waktu dan tempatnya. Jadi, Qada adalah ketetapan, sedangkan Qadar adalah pelaksanaan dari ketetapan tersebut.

  • Hubungan Ikhtiar, Doa, dan Tawakal:

    • Ikhtiar adalah usaha atau upaya sungguh-sungguh yang dilakukan manusia untuk mencapai suatu tujuan. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk berikhtiar semaksimal mungkin, karena Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika mereka tidak berusaha mengubahnya sendiri.
    • Doa adalah permohonan atau harapan yang dipanjatkan kepada Allah Swt. setelah berikhtiar. Doa merupakan bentuk pengakuan atas kelemahan diri dan kekuasaan Allah yang Maha Kuasa. Doa juga merupakan "senjata" seorang mukmin yang bisa mengubah takdir muallaq (takdir yang bisa berubah dengan usaha dan doa).
    • Tawakal adalah menyerahkan segala urusan dan hasil usaha kepada Allah Swt. setelah melakukan ikhtiar dan berdoa secara maksimal. Tawakal bukanlah sikap pasrah tanpa usaha, melainkan sikap berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah setelah menunaikan kewajiban dan usaha.

    Hubungannya: Ketiga hal ini saling berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan. Ikhtiar adalah pondasi awal, diikuti dengan doa sebagai pelengkap spiritual, dan puncaknya adalah tawakal sebagai bentuk kepasrahan yang hakiki kepada Allah Swt. Manusia diperintahkan untuk berikhtiar dan berdoa, karena keduanya adalah bagian dari proses sebab-akibat yang Allah tetapkan. Setelah itu, barulah bertawakal, meyakini bahwa hasil akhirnya adalah yang terbaik menurut kehendak Allah. Dengan demikian, ikhtiar dan doa adalah implementasi dari tawakal itu sendiri, bukan bertentangan dengannya.

2. Tiga Hikmah Beriman kepada Qada dan Qadar

Beriman kepada Qada dan Qadar memiliki banyak hikmah yang sangat besar bagi kehidupan seorang mukmin, di antaranya:

  • Menumbuhkan Optimisme dan Semangat Juang: Keyakinan bahwa segala sesuatu telah diatur oleh Allah Swt. tidak membuat seorang mukmin pasrah, justru sebaliknya. Ia akan termotivasi untuk terus berikhtiar dan berusaha keras, karena ia tahu bahwa usahanya tidak akan sia-sia di mata Allah. Jika ia berhasil, ia bersyukur; jika belum, ia akan introspeksi dan terus berusaha, meyakini bahwa ada hikmah di balik setiap kejadian dan Allah tidak akan membebani hamba-Nya melebihi kemampuannya. Ini menghilangkan rasa putus asa dan menumbuhkan harapan.

  • Melatih Kesabaran dan Syukur: Ketika seorang mukmin ditimpa musibah atau kegagalan, keimanannya kepada Qada dan Qadar akan membantunya bersabar. Ia meyakini bahwa itu adalah ketetapan Allah yang pasti memiliki hikmah, dan setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Sebaliknya, ketika ia mendapatkan kesuksesan atau nikmat, ia akan bersyukur dan tidak sombong, karena ia tahu bahwa semua itu adalah anugerah dari Allah semata, bukan semata-mata karena kehebatannya. Ini membentuk pribadi yang tawadhu’ dan qana’ah (merasa cukup).

  • Menjauhkan Diri dari Sifat Sombong dan Putus Asa: Iman kepada Qada dan Qadar mengajarkan bahwa semua keberhasilan adalah karena pertolongan Allah, sehingga tidak ada alasan untuk sombong dan merendahkan orang lain. Di sisi lain, kegagalan tidak boleh menyebabkan putus asa, karena Allah Maha Pengatur dan mungkin saja ada rencana yang lebih baik di balik kegagalan tersebut. Hal ini menciptakan keseimbangan emosional dan spiritual, menjaga hati dari kesombongan saat sukses dan keputusasaan saat gagal.

3. Perbedaan Husnuzan dan Tasamuh beserta Contoh Penerapannya

  • Husnuzan (Berprasangka Baik):

    • Pengertian: Husnuzan adalah sikap mental dan hati yang selalu berprasangka baik atau berpikir positif terhadap Allah Swt., diri sendiri, dan orang lain. Ini adalah lawan dari su’uzan (prasangka buruk). Husnuzan berfokus pada pandangan atau interpretasi kita terhadap niat atau tindakan orang lain.
    • Fokus: Internal (pikiran dan hati kita) dalam menilai orang lain.
    • Contoh Penerapan:
      • Ketika seorang teman tidak membalas pesan kita, kita berhusnuzan bahwa mungkin dia sedang sibuk atau ada hal penting lain, bukan langsung berpikir dia sengaja mengabaikan.
      • Ketika melihat seseorang melakukan sesuatu yang tampak aneh, kita berhusnuzan mungkin ada alasan baik di baliknya yang tidak kita ketahui.
      • Berhusnuzan kepada Allah, meyakini bahwa setiap ketetapan-Nya adalah yang terbaik, meskipun terasa berat.
  • Tasamuh (Toleransi):

    • Pengertian: Tasamuh adalah sikap lapang dada, menghargai, dan menghormati perbedaan pendapat, keyakinan, tradisi, atau perilaku orang lain, selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Tasamuh berkaitan dengan bagaimana kita bersikap terhadap perbedaan yang ada di lingkungan sosial.
    • Fokus: Eksternal (perilaku kita) dalam menghadapi perbedaan dengan orang lain.
    • Contoh Penerapan:
      • Menghargai teman yang memiliki keyakinan agama berbeda dan tidak memaksakan keyakinan kita kepadanya.
      • Mendengarkan dengan sabar pendapat orang lain dalam diskusi, meskipun pendapat tersebut berbeda dengan kita, dan tidak memotong pembicaraan.
      • Tidak mengolok-olok tradisi atau budaya daerah lain yang tidak kita pahami, selama itu tidak mengandung unsur syirik atau kemaksiatan.
  • Perbedaan Mendasar: Husnuzan lebih ke arah sikap batin atau pola pikir kita terhadap niat dan tindakan orang lain (berprasangka baik), sedangkan Tasamuh lebih ke arah sikap lahiriah atau perilaku kita dalam menyikapi perbedaan yang ada (menghargai dan toleran). Husnuzan adalah landasan untuk bisa bertasamuh. Jika kita berprasangka buruk, sulit untuk bisa toleran.

4. Pengertian Riya’ dan Takabur, Bahaya, dan Cara Menghindarinya

  • Riya’ (Pamer/Pencitraan):

    • Pengertian: Riya’ adalah melakukan suatu amal kebaikan dengan tujuan agar dilihat, dipuji, atau diakui oleh orang lain, bukan semata-mata karena Allah Swt. Ini adalah syirik kecil yang dapat membatalkan pahala amal.
    • Bahaya bagi Individu:
      • Menghapus Pahala Amal: Amal yang dilakukan dengan riya’ tidak akan mendapatkan pahala di sisi Allah, bahkan bisa menjadi dosa.
      • Membangkitkan Kecewa dan Frustrasi: Jika pujian tidak datang atau tidak sesuai harapan, pelakunya akan kecewa dan merasa usahanya sia-sia.
      • Merusak Keikhlasan Hati: Hati menjadi kotor dan tujuan beramal hanya untuk dunia.
    • Bahaya bagi Masyarakat:
      • Menimbulkan Ketidakpercayaan: Orang akan meragukan ketulusan amal seseorang.
      • Merusak Harmoni Sosial: Bisa menimbulkan persaingan tidak sehat dalam beramal dan saling pamer.
  • Takabur (Sombong/Angkuh):

    • Pengertian: Takabur adalah merasa diri lebih mulia, lebih hebat, lebih pintar, atau lebih baik dari orang lain, sehingga merendahkan orang lain dan enggan menerima kebenaran.
    • Bahaya bagi Individu:
      • Dibenci Allah Swt.: Takabur adalah sifat Iblis dan sangat dibenci oleh Allah. Orang yang takabur tidak akan masuk surga.
      • Menutup Pintu Hidayah: Sifat takabur membuat seseorang sulit menerima kebenaran dan nasihat.
      • Kesepian dan Isolasi Sosial: Orang yang sombong cenderung dijauhi dan tidak disukai orang lain.
    • Bahaya bagi Masyarakat:
      • Menyebabkan Permusuhan: Sifat merendahkan orang lain dapat memicu konflik dan perpecahan.
      • Menghambat Kemajuan: Orang sombong sulit bekerja sama dan tidak mau belajar dari orang lain.
  • Cara Menghindari Riya’ dan Takabur:

    • Memperkuat Keikhlasan: Niatkan setiap amal hanya karena Allah Swt., bukan karena makhluk. Ingatlah bahwa hanya Allah yang mampu memberi balasan yang sesungguhnya.
    • Mengingat Kematian dan Kebesaran Allah: Sadari bahwa kita adalah makhluk yang lemah dan fana, semua kekuatan dan kehebatan hanya milik Allah. Kematian adalah pengingat bahwa semua akan kembali kepada-Nya.
    • Introspeksi Diri (Muhasabah): Sering-seringlah merenungi kekurangan dan kesalahan diri sendiri daripada mencari-cari kelemahan orang lain.
    • Tawadhu’ (Rendah Hati): Bergaul dengan semua lapisan masyarakat, belajar dari orang lain, dan mengakui kelebihan orang lain.
    • Memperbanyak Doa: Memohon kepada Allah agar dijauhkan dari sifat riya’ dan takabur.

5. Tiga Adab Bergaul dengan Teman Sebaya dalam Islam

Bergaul dengan teman sebaya adalah bagian penting dari perkembangan sosial seorang muslim. Islam mengajarkan adab-adab mulia dalam pergaulan, di antaranya:

  • Saling Menghormati dan Menghargai:

    • Penjelasan: Setiap individu memiliki keunikan, latar belakang, dan pandangan yang berbeda. Adab yang baik menuntut kita untuk menghormati perbedaan tersebut, tidak merendahkan, tidak menghina, dan tidak mengolok-olok teman, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Hormati privasi mereka, pendapat mereka, dan pilihan hidup mereka selama tidak bertentangan dengan syariat.
    • Contoh: Mendengarkan dengan seksama saat teman berbicara, tidak memotong pembicaraan, tidak memanggil dengan julukan yang tidak disukai, dan menghargai keputusan teman meskipun berbeda dengan kita.
  • Saling Menasihati dalam Kebaikan dan Kesabaran:

    • Penjelasan: Persahabatan dalam Islam adalah bentuk kasih sayang yang mendorong kita untuk saling mengingatkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Jika melihat teman melakukan kesalahan atau lalai, nasihati dengan cara yang lemah lembut, bijaksana, dan tidak di depan umum untuk menjaga kehormatan mereka. Begitu pula sebaliknya, siap menerima nasihat dari teman.
    • Contoh: Mengajak teman untuk shalat berjamaah, mengingatkan jika ada tugas sekolah yang terlupakan, atau menasihati dengan santun jika teman melakukan ghibah.
  • Menjaga Amanah dan Rahasia Teman:

    • Penjelasan: Kepercayaan adalah pilar utama dalam sebuah persahabatan. Jika seorang teman mempercayakan rahasianya kepada kita, wajib hukumnya untuk menjaganya dengan baik dan tidak menyebarkannya kepada orang lain. Begitu juga dengan amanah dalam bentuk barang atau janji, harus ditunaikan dengan sebaik-baiknya.
    • Contoh: Tidak menceritakan rahasia pribadi teman kepada orang lain, mengembalikan barang pinjaman tepat waktu dan dalam kondisi baik, serta menepati janji yang telah dibuat kepada teman.

Kesimpulan

Materi Akidah Akhlak kelas 11 semester 2 tidak hanya menguji pemahaman teoritis siswa, tetapi juga mendorong mereka untuk menginternalisasi nilai-nilai luhur Islam dalam kehidupan sehari-hari. Soal-soal yang disajikan dalam artikel ini, baik pilihan ganda maupun esai, bertujuan untuk membantu siswa mengukur sejauh mana penguasaan mereka terhadap konsep-konsep penting seperti Qada dan Qadar, serta berbagai macam akhlak terpuji dan tercela.

Melalui latihan soal ini, diharapkan siswa tidak hanya sekadar menghafal jawaban, tetapi juga mampu memahami esensi dari setiap ajaran, menganalisis situasi, dan menerapkannya dalam tindakan nyata. Ingatlah bahwa Akidah Akhlak adalah pedoman hidup; semakin kuat akidah, semakin mulia akhlak, dan semakin berkualitas kehidupan seorang muslim di dunia dan akhirat. Teruslah belajar, berikhtiar, berdoa, dan bertawakal. Semoga sukses dalam menempuh pendidikan dan menjadi pribadi muslim yang kamil!

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *